Tips Tidur Nyaman dan Cepat di Malam Hari

Tips Tidur Nyaman dan Cepat di Malam Hari
ilustrasi: Google
TIDUR yang cepat, nyaman, dan pulas di malam hari pasti didambakan setiap orang. Dengan kepuasan tidur, kita akan bangun dalam kondisi yang segar pada pagi hari. Namun, ada sejumlah orang yang mengaku sulit untuk tidur. Kami telah merangkumnya dari akun Twitter @blogdokter dan akan membagi beberapa tips tidur untuk Anda, di antaranya:

  1. Kurangi durasi tidur siang, bila anda memiliki kebiasaan tidur siang. Cukup 30 menit atau kurang setiap harinya. Selain itu, tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya.
  2. Saat akan tidur, biasakan mematikan semua layar gadget, televisi, komputer. Perangkat-perangkat elektronik tersebut dapat memancarkan sinar biru halus yang akan membuat anda selalu terjaga.
  3. Jauhkan jam dari pandangan karena dapat menimbulkan kecemasaan saat tak bisa tidur.
  4. Gunakan bantal yang tidak terlalu tinggi atau rendah. Usahakan leher lurus atau dalam posisi netral.
  5. Agar tidak sakit pinggang, tidurlah miring lalu taruh bantal di antara kedua lutut.
  6. Pastikan seprai, kasur, dan bantal bersih, bebas kotoran, dan kutu. Pastikan juga tempat tidur hanya untuk aktivitas tidur dan berhubungan intim.
  7. Hindari makan dan minum terlalu banyak sebelum tidur. Jauhi juga minuman beralkohol dan rokok. Hindari juga olah raga di malam hari.
  8. Saat anda akan tidur, kosongkan pikiran, jangan memikirkan pekerjaan ketika berada di atas tempat tidur.

Sumber : Dewiyatini/*Pikiran Rakyat* Minggu, 29 Desember 2013

Related Posts:

    Kelelawar :: WS RENDRA

    Silau oleh sinar lampu lalulintas
    aku menunduk memandang sepatuku
    aku gentayangan bagai kelelawar
    tidak gembira, tidak sedih
    terapung dalam waktu
    Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan
    sungguh tidak menyangka
    begitu penuh kamu mengisi buku
    alamat batinku
    sekarang aku kembali berjalan

    Apakah aku akan menelefon teman?
    apakah aku akan makan udang gapit
    di restoran?
    aku sebel terhadap cendikiawan
    yang menolak menjadi saksi
    masalah sosial dipoles gincu menjadi
    metafisika

    Sikap jiwa dianggap maya dibanding
    mobil berlapis baja
    hanya kamu yang enak diajak bicara

    Kakiku melangkah melewati sampah-sampah

    Aku akan menulis sajak-sajak lagi
    rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja
    kesini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku
    Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan

    --Rendra
    Tomang Tinggi, 1981


    Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

    Related Posts:

      Sajak Seorang Tua untuk Istrinya :: WS RENDRA

      Aku tulis sajak ini
      untuk menghibur hatimu
      Sementara kau kenangkan encokmu
      kenangkanlah pula masa remaja kita
      yang gemilang
      Dan juga masa depan kita
      yang hampir rampung
      dan dengan lega akan kita lunaskan

      Kita tidaklah sendiri
      dan terasing dengan nasib kita
      Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
      suka duka kita bukanlah istimewa
      kerna setiap orang mengalaminya

      Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
      hidup adalah untuk mengolah hidup
      bekerja membalik tanah
      memasuki rahasia langit dan samodra
      serta mencipta dan mengukir dunia
      kita menyandang tugas

      Kerna tugas adalah tugas.
      bukannya demi sorga atau neraka.
      Tetapi demi kehormatan seorang manusia
      kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
      meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu

      Kita adalah kepribadian
      dan harga kita adalah kehormatan kita
      tolehlah lagi ke belakang
      ke masa silam yang tak seorangpun
      kuasa menghapuskannya

      Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna
      sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita
      sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
      melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda
      dan kenangkanlah pula
      bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
      menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita

      Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara
      bukan kerna senyuman adalah satu kedok
      Tetapi kerna senyuman adalah satu sikap
      sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama
      nasib, dan kehidupan

      Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
      kenangkanlah bahwa kita telah selalu
      menolak menjadi koma
      kita menjadi goyah dan bongkok
      kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
      tapi bukan kerna kita telah terkalahkan

      Aku tulis sajak ini
      untuk menghibur hatimu
      Sementara kau kenang encokmu
      kenangkanlah pula
      bahwa kita ditantang seratus dewa

      --Rendra

      Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

      Related Posts:

        Sajak Burung-burung Kondor :: WS RENDRA

        Angin gunung turun merembes ke hutan
        lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas
        dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau

        Kemudian hatinya pilu
        melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
        yang terpacak di atas tanah gembur
        namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya

        Para petani buruh bekerja,
        berumah di gubug-gubug tanpa jendela
        menanam bibit di tanah yang subur
        memanen hasil yang berlimpah dan makmur
        namun hidup mereka sendiri sengsara.
        Mereka memanen untuk tuan tanah
        yang mempunyai istana indah
        Keringat mereka menjelma menjadi emas
        yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa
        Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan
        para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
        dan menjawab dengan mengirim kondom

        Penderitaan mengalir
        dari parit-parit wajah rakyatku.
        Dari pagi sampai sore
        rakyat negeriku bergerak dengan lunglai
        menggapai-gapai
        menoleh ke kiri, menoleh ke kanan
        di dalam usaha tak menentu
        Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah
        dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai
        dan sukmanya berubah menjadi burung kondor

        Beribu-ribu burung kondor,
        berjuta-juta burung kondor,
        bergerak menuju ke gunung tinggi,
        dan disana mendapat hiburan dari sepi.
        Karena hanya sepi
        mampu menghisap dendam dan sakit hati

        Burung-burung kondor menjerit.
        Di dalam marah menjerit
        tersingkir ke tempat-tempat yang sepi
        Burung-burung kondor menjerit
        di batu-batu gunung menjerit
        bergema di tempat-tempat yang sepi

        Berjuta-juta burung kondor
        mencakar batu-batu,
        mematuki batu-batu
        mematuki udara,
        dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.

        --Rendra

        Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

        Related Posts:

          Wanitaku - wanitaku :: WS RENDRA

          Wanitaku-wanitaku
          gerimis menampar mukaku
          dan aku berseru padamu dimanakah kamu wanitaku?
          kamu menghilang di belakang hotel
          di dalam kabut kuburu kamu
          kamu lari ke dalam bis kota
          dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya
          Aku bernyanyi dikamar mandi
          dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang
          terbayang lagi
          apakah kamu mengerti kesepianku?
          Sukmamu mengembara kedalam rumah
          diantara buku buku poster-poster butut
          meja makan yang berantakan
          ranjang yang berbau mimipi
          aku terseduh-seduh
          hubungan kita sia-sia
          sukmaku menjelma
          menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara
          luput ke dalam perkampungan
          sudah sekian lama
          sudah bertahun tahun
          sudah berabad abad
          melewati kepulan debu
          melewati angin panas
          melewati serdadu dan algojo
          melewati anjing anjing
          aku memburu-memburu
          berburu-berburu diatas harley davidson
          mencari sukmamu dan sukmaku
          yang telah lenyap bersama

          --Rendra

          Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

          Related Posts:

            Kembali :: WS RENDRA

            Delapan ratus kilo aku berlari
            dan aku tetap melihat wajahmu
            wajahmu adalah wajah terhina
            yang diingkari keadilan

            Aku berlari ke timur
            ke kota yang antik
            delapan ratus kilo dari kamu
            karena bimbang menempuh bimbang

            Sebagai anjing aku termangu
            di samping piano
            mencari masa lalu
            karena gamang akan masa yang datang

            Wahai wajah yang terhina
            wajah tanpa alamat surat
            aku akan kembali kepadamu
            karena kamu adalah masa kini
            yang harus aku hadapi
            dan masa depan
            adalah masa kini yang dihayati

            Delapan ratus kilo akan ku tempuh
            untuk berendeng bersamamu
            delapan ratus kilo akan ku tempuh
            untuk membaca kemarau bersamamu

            --Rendra

            Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

            Related Posts:

              Nyai Dasimah :: WS RENDRA

              Nyai Dasimah, yang lebat rambutnya
              sudah lama tidak berjumpa
              kini kulihat
              tetap saja kamu jelita

              Menggeleng-gelengkan kepala
              dibawah lampu jalan,
              kamu mengadu kepadaku
              ya ya ya keadaan sudah berubah
              tentu saja
              pabrik-pabrik didirikan di desa
              orang desa menjual tanahnya
              pergi ke kota menjadi jadi gelandangan
              ya ya ya keadaan sudah berubah
              bendungan yang didirikan
              ditumbuhi enceng gondok
              pengairan malah berkurang
              dan tenaga listriknya
              hanya mampu dibeli oleh modal asing

              Nyai Dasimah yang lentik bulu matanya
              sudah lama tidak berjumpa
              kini ku lihat
              lesung pipitnya tetap sempurna

              Dunia berubah ia terbata-bata
              tetapi cuma sementara
              ketika pabrik batik gulung tikar
              dan wanita-wanita pembatik berkeluyuran di jalan
              di waktu malam
              dengan cepat ia membuka kedai makan
              ia judes terhadap langganan yang berhutang
              ia bekerja siang dan malam

              Nyai Dasimah bibirnya merah kesumba
              sudah lama tidak berjumpa
              kini ku lihat
              ia tetap cantik dan perkasa
              ia tak pernah ragu-ragu
              kadang-kadang menangis juga
              tetapi cuma sedikit
              air matanya
              anaknya yang tamat SMA
              tak dapat kerja
              cepat-cepat ia seret ke pasar
              ia suruh berdagang saja
              dunia berubah
              ya .....senantiasa akan berubah
              tentu saja
              tapi Dasimah tetap Dasimah
              Ia melenggang satu dua
              dan dunia
              terkesima oleh pantatnya

              Dasimah wahai Dasimah
              uangmu kamu hitung, uangmu kamu simpan
              semangatmu memandang ke depan
              uang itu gaib katamu
              mungkin
              sebab nyatanya
              diburu bagai bayangan
              dihayati ia menjadi kenyataan

              Nyai Dasimah menggeliatkan tubuhnya
              sudah lama tak berjumpa
              kini ketemu ia minta pijitan

              Ayolah Nyai mari ke mari
              kebayamu yang rapih
              bersih berkanji
              yet iyet tebu
              yet iyet pisang
              meski kamu sudah ibu
              kamu toh tetap girang

              --Rendra
              Jakarta, 23 Oktober 1976


              Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

              Related Posts:

                Nyanyian Fatimah untuk Suto :: WS RENDRA

                Kelambu ranjangku tersingkap
                dibantal berenda tergolek nasibku
                apabila firmanmu terucap
                masuklah kalbumu ke dalam kalbuku
                sedu sedan mengetuk tingkapku
                dari bumi dibawah rumpun mawar
                waktu lahir kau telanjang dan tak tahu
                tapi hidup bukanlah tawar menawar

                --Rendra

                Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                Related Posts:

                  Nyanyian Suto untuk Fatimah :: WS RENDRA

                  Dua puluh tiga matahari bangkit dari pundakmu
                  tubuhmu menguapkan bau tanah
                  dan menyelalah sukmaku.
                  langit bagai kain tetoron yang biru
                  terbentang berkilat dan berkilau
                  menantang jendela kalbu yang berduka cita
                  rohku dan rohmu bagai proton dan elektron
                  bergolak bergolak bergolak bergolak
                  dibawah dua puluh tiga matahari
                  dua puluh tiga matahari membakar duka cita

                  --Rendra

                  Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                  Related Posts:

                    Hutan Bogor :: WS RENDRA

                    Badai turun
                    didalam hutan
                    badai turun
                    didalam sajak sajakku
                    selalu sayang
                    aku terkenang kepadamu

                    Sudah jam empat sore
                    hujan jatuh di hutan kenari
                    semula nampak manis
                    kemudian mendahsyatkan
                    di dalam hujan, mendung dan petir
                    bumi pun nampak fana
                    Tak ada yang abadi

                    Buruk dan basah
                    jenggot pohonan
                    lumut lumut didahan, benalu dan
                    paku paku
                    aku berpikir
                    betulkah aku tidak menipumu

                    Didalam hujan
                    bumi dan sajak
                    terasa fana
                    berhadapan dengan maut
                    dengan malu
                    telanjanglah kita

                    Menggapailah tangan tangan kita
                    bagai dahan dahan pohonan
                    dan beriaklah suara suara
                    dalam perkelahian yang fana
                    tapi dengan dahsyat
                    dahan dahan tetap menggapai
                    yang penting
                    bukanlah kekalahan ataupun kemenangan
                    tapi bahwa tangan tangan telah di kepalkan
                    biarpun kecapaian

                    Badai turun
                    di dalam hutan
                    badai turun
                    di dalam sajak sajak

                    --Rendra

                    Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                    Related Posts:

                      Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api :: WS RENDRA

                      Bagaimana mungkin kita bernegara
                      Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya?
                      Bagaimana mungkin kita berbangsa
                      Bila tidak mampu mempertahankan
                      kepastian hidup bersama?
                      Itulah sebabnya
                      Kami tidak ikhlas
                      menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
                      dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
                      sehingga menjadi lautan api

                      Kini batinku kembali mengenang
                      udara panas yang bergetar dan menggelombang
                      bau asap, bau keringat
                      suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan
                      kaki langit berwarna kesumba

                      Kami berlaga
                      memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
                      Kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
                      yang bisa dialami dengan nyata
                      Mana mungkin itu bisa terjadi
                      di dalam penindasan dan penjajahan
                      Manusia mana
                      Akan membiarkan keturunannya hidup
                      tanpa jaminan kepastian?

                      Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
                      Hidup yang diperkembangkan
                      dan hidup yang dipertahankan
                      Itulah sebabnya kami melawan penindasan
                      Kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
                      bangsa tetap terjaga

                      Kini aku sudah tua
                      Aku terjaga dari tidurku
                      di tengah malam di pegunungan
                      Bau apakah yang tercium olehku?
                      Apakah ini bau asam medan laga tempo dulu
                      yang dibawa oleh mimpi kepadaku?
                      Ataukah ini bau limbah pencemaran?
                      Gemuruh apakah yang aku dengar ini?
                      Apakah ini deru perjuangan masa silam
                      di tanah priangan?
                      Ataukah gaduh hidup yang rusuh
                      karena dikhianati dewa keadilan.
                      Aku terkesiap. Sukmaku gagap. Apakah aku
                      dibangunkan oleh mimpi?
                      Apakah aku tersentak
                      Oleh satu isyarat kehidupan?
                      Di dalam kesunyian malam
                      Aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku!
                      Apakah yang terjadi?

                      Darah teman-temanku
                      Telah tumpah di Sukakarsa
                      Di Dayeuh Kolot
                      Di Kiara Condong
                      Di setiap jejak medan laga.
                      Kini
                      Kami tersentak,Terbangun bersama.
                      Putera-puteriku, apakah yang terjadi?
                      Apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami?
                      Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu
                      Apakah kita masih sama-sama setia
                      Membela keadilan hidup bersama

                      Manusia dari setiap angkatan bangsa
                      Akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
                      Tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
                      Dan menghadapi pertanyaan zaman
                      Apakah yang terjadi?
                      Apakah yang telah kamu lakukan?
                      Apakah yang sedang kamu lakukan?
                      Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
                      Dari jawaban yang kita berikan

                      --Rendra

                      Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                      Related Posts:

                        Sajak Rajawali :: WS RENDRA

                        Sebuah sangkar besi
                        tidak bisa merubah seekor rajawali
                        menjadi seekor burung nuri

                        Rajawali adalah pacar langit
                        dan di dalam sangkar besi
                        rajawali merasa pasti
                        bahwa langit akan selalu menanti

                        Langit tanpa rajawali
                        adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
                        tujuh langit, tujuh rajawali
                        tujuh cakrawala, tujuh pengembara

                        Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
                        memandang dunia
                        rajawali di sangkar besi
                        duduk bertapa
                        mengolah hidupnya

                        Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
                        yang terjadi dari keringat matahari
                        tanpa kemantapan hati rajawali
                        mata kita hanya melihat fatamorgana

                        Rajawali terbang tinggi
                        membela langit dengan setia
                        dan ia akan mematuk kedua matamu
                        wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

                        --Rendra

                        Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                        Related Posts:

                          Paman Doblang :: WS RENDRA

                          Paman Doblang! Paman Doblang!
                          Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap
                          Tanpa lampu tanpa lubang cahaya pengap
                          Ada hawa tak ada angkasa
                          Terkucil temanmu beratus-ratus nyamuk semata
                          Terkunci tak tahu kapan pintu akan terbuka
                          Kamu tak tahu di mana berada

                          Paman Doblang! Paman Doblang!
                          Apa katamu?

                          Ketika haus aku minum air dari kaleng karatan
                          Sambil bersila aku mengharungi waktu
                          lepas dari jam, hari dan bulan
                          Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
                          tidak berupa, tidak bernama
                          Aku istirah di sini
                          Tenaga ghaib memupuk jiwaku

                          Paman Doblang! Paman Doblang!
                          Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala
                          Kamu terkurung dalam lingkaran
                          Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana
                          Kaki kamu dirantai ke batang karang
                          Kamu dikutuk dan disalahkan
                          Tanpa pengadilan

                          Paman Doblang! Paman Doblang!
                          Bubur di piring timah
                          didorong dengan kaki ke depanmu
                          Paman Doblang, apa katamu?

                          Kesadaran adalah matahari
                          Kesabaran adalah bumi
                          Keberanian menjadi cakrawala
                          Dan perjuangan
                          adalah perlaksanaan kata-kata

                          --Rendra
                          Depok, 22 April 1981


                          Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                          Related Posts:

                            Doa di Jakarta :: WS RENDRA

                            Tuhan yang Maha Esa
                            alangkah tegangnya
                            melihat hidup yang tergadai
                            fikiran yang dipabrikkan
                            dan masyarakat yang diternakkan

                            Malam rebah dalam udara yang kotor
                            Di manakah harapan akan dikaitkan
                            bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
                            Dendam diasah di kolong yang basah
                            siap untuk terseret dalam gelombang edan
                            Perkelahian dalam hidup sehari-hari
                            telah menjadi kewajaran
                            Pepatah dan petitih
                            tak akan menyelesaikan masalah
                            bagi hidup yang bosan
                            terpenjara, tanpa jendela

                            Tuhan yang Maha Faham
                            alangkah tak masuk akal
                            jarak selangkah
                            yang berarti empat puluh tahun gaji seorang buruh
                            yang memisahkan
                            sebuah halaman bertaman tanaman hias
                            dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C
                            Hati manusia telah menjadi baja
                            Bagai dash board yang tak acuh
                            panser yang angkuh
                            traktor yang dendam

                            Tuhan yang Maha Rahman
                            ketika air mata menjadi gombal
                            dan kata-kata menjadi lumpur becek
                            aku menoleh ke utara dan ke selatan
                            di manakah Kamu?
                            Di manakah tabungan keramik untuk uang logam?
                            Di manakah catatan belanja harian?
                            Di manakah peradaban?

                            Ya, Tuhan yang Maha Hakim
                            harapan kosong, optimisme hampa
                            Hanya akal sihat dan daya hidup
                            menjadi peganganku yang nyata

                            --Rendra
                            Jakarta 29 Mei 1983


                            Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                            Related Posts:

                              Sajak Widuri untuk Joki Tobing :: WS RENDRA

                              Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir
                              Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba
                              Orang-orang miskin menentang kemelaratan
                              Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
                              kerna wajahmu muncul dalam mimpiku
                              Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
                              karena terlibat aku di dalam napasmu
                              Dari bis kota ke bis kota
                              kamu memburuku
                              Kita duduk bersandingan
                              menyaksikan hidup yang kumal
                              Dan perlahan tersirap darah kita
                              melihat sekuntum bunga telah mekar
                              dari puingan masa yang putus asa

                              --Rendra
                              9 Mei 1977
                              Nusantara Film
                              Jakarta


                              Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                              Related Posts:

                                Sajak Joki Tobing untuk Widuri :: WS RENDRA

                                Dengan latar belakang gubug-gubug karton
                                aku terkenang akan wajahmu
                                Di atas debu kemiskinan
                                aku berdiri menghadapmu
                                Usaplah wajahku, Widuri
                                Mimpi remajaku gugur
                                di atas padang pengangguran
                                Ciliwung keruh
                                wajah-wajah nelayan keruh
                                lalu muncullah rambutmu yang berkibaran

                                Kemiskinan dan kelaparan
                                membangkitkan keangkuhanku
                                Wajah indah dan rambutmu
                                menjadi pelangi di cakrawalaku

                                -- Rendra
                                9 Mei 1977
                                Nusantara Film
                                Jakarta


                                Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

                                Related Posts:

                                  Lirik Lagu Selamat Untukmu Album Ternyata (1989) KATARA SINGERS

                                  Katara Singers
                                  �Selamat Untukmu� lagu yang dibawakan Katara Singers (Deddy Hasan, Rika, Nana, dan Andre Hehanussa) grup vokal asal Bandung ini, mungkin tak asing untuk menikmat musik di awal tahun sembilanpuluhan. Termasuk saya juga menyukai beberapa lagu Katara Singers di album Ternyata (1989), seperti lagu: Masa Bodo, Ternyata, Fiesta de Rio, dan Selamat Untukmu.

                                  Untuk mengenang kembali masa muda (jiahh pemuda jadul, ternyatah � yahhh). Di bawah ini saya arsipkan lirik lagu Selamat Untukmu:

                                  SELAMAT UNTUKMU
                                  Cipt: Erwin Gutawa, Harry Kiss
                                  Album: Ternyata (1989), KATARA SINGERS
                                  Produksi: Midilab Production & Aquarius

                                  Mentari pagi ini
                                  berseri menyambutmu
                                  Tak terasa hari ini
                                  tambah satu usiamu

                                  Tahun t'lah berganti
                                  usiapun menyusuri
                                  jelang waktu yang terus berlalu

                                  Harapku kau bahagia
                                  di hari milikmu
                                  Dan semoga tahun ini
                                  mengawali sinarmu

                                  Indah...
                                  kan seindah nirwana
                                  nan seputih kasih
                                  Hening...
                                  sebening sinarmu

                                  Kupersembahkan lagu ini
                                  s'lamat untukmu
                                  Semoga kau bahagia slalu...

                                  Harapku kau bahagia
                                  di hari milikmu
                                  Dan semoga tahun ini
                                  mengawali sinarmu

                                  Indah...
                                  kan seindah nirwana
                                  nan seputih kasih
                                  Hening...
                                  sebening sinarmu

                                  Kupersembahkan lagu ini
                                  s'lamat untukmu
                                  semoga kasih slalu bersamamu

                                  Lupakan duka
                                  gapai citamu
                                  doaku bersamamu slalu

                                  Sikap dewasa
                                  menanti di jalanmu kini
                                  bekal kehidupan nanti

                                  Kupersembahkan lagu ini
                                  s'lamat untukmu
                                  semoga kasih slalu bersamamu

                                  Lupakan duka
                                  gapai citamu
                                  doaku bersamamu (denganmu)

                                  Kuucapkan s'lamat untukmu
                                  gapai citamu
                                  semoga kau bahagia

                                  Bagaimana Sobat jadul masih mengingat/menikmati lagu-lagu Katara Singers grup vokal asal Bandung ini? Tempo hari saya sempat lihat di youtube ada beberapa lagu juga liriknya.

                                  Oh iyah tak lupa buat yang hari ini (10 November) tambah satu usia. Semoga selalu diberi sehat oleh Sang Pencipta.

                                  salam

                                  Related Posts:

                                    Teks Sumpah Pemuda

                                    Sumpah Pemuda

                                    Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

                                    Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

                                    Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.



                                    Teks asli SOEMPAH PEMOEDA hasil rumusan Moehammad Yamin (28 Oktober 1928) menggunakan ejaan lama yaitu untuk huruf "U" masih menggunakan "OE", huruf "J" menggunakan "DJ", dan huruf "Y" menggunakan huruf "J". Sbb:
                                    • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
                                    • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
                                    • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

                                    Sumber: google

                                    Related Posts:

                                      Upacara Hajat Sasih untuk Kaum Lelaki

                                      MENJELANG Ramadan, berziarah ke makam leluhur atau orang tua menjadi tradisi bagi kebanyakan umat Islam di Indonesia. Demikian juga bagi Muslim di Kampung Naga, kampung adat yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

                                      Bedanya, sebagai sebuah entitas komunitas adat yang khas, Kampung Naga tak sekadar berziarah dalam menyambut bulan penuh berkah setiap tahunnya. Ziarah terangkai dengan ngariungan atau berdoa bersama dalam tradisi yang disebut upacara hajat sasih.

                                      Upacara tersebut merupakan upacara yang hanya digelar saat hari-hari besar agama Islam. Dalam setahun, ada enam kali upacara hajat sasih, yaitu saat Tahun Baru 1 Muharam, Maulid Nabi, Jumadil Akhir, Nisfu Sya�ban, Idulfitri, dan Iduladha.

                                      Lantas, kapan hajat sasih menjelang Ramadan digelar? Kepala Adat Kampung Naga, Ade Suherlin mengatakan, tradisi hajat sasih menjelang Ramadan digelar sekaligus dengan Nisfu Syaban yang pada tahun ini jatuh pada akhir bulan Juni.

                                      Nisfu Syaban menjadi momen yang dinilai penting bagi sebagian kalangan umat Islam karena sang Khalik berjanji akan mengampuni dosa dan mengabulkan permintaan bagi mereka yang mendekatkan diri dan memperbanyak doa pada malam tersebut. Nisfu Syaban juga menjadi bulan terdekat dengan Ramadan (diapit oleh Rajab dan Ramadan) sehingga tradisi upcara adat dilangsungkan bersama.

                                      Uniknya, hajat sasih yang melibatkan warga Kampung Naga, baik yang berdomisili di dalam maupun luar kampung tersebut, hanya diikuti kaum lelaki. Pada saat itu, kaum lelaki diwajibkan mengenakan jubah putih dalam menjalankan tradisi saklar tersebut.

                                      Sementara itu, kaum perempuan yang tidak turut berziarah maupun ngariungan, terkonsentrasi di dapur. Mereka berkewajiban menyediakan aneka makanan khususnya tumpeng. Makanan itu nantinya disajikan seusai ngariungan yang dipimpin kuncen.

                                      Tradisi hajat sasih memang tergolong sederhana. Rangkaiannya lebih banyak bermuatan doa sebagai upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bagi pengunjung yang bertandang ke Kampung Naga, diperbolehkan menyaksikan dan mengabadikan upacara hajat sasih.

                                      Namun, menurut Ade, pada momen tertentu ada semacam larangan. Itu semata-mata untuk menyempurnakan kekhusukan interaksi warga Kampung Naga dengan Tuhan yang diimaninya, Allah SWT.

                                      Sumber: Amaliya/�Pikiran Rakyat� Senin, 8 Juli 2013

                                      Marhaban Ya Ramadhan

                                      Related Posts:

                                        Akhirnya, Dapat Juga Foto/Gambar Rupa Iket Sunda

                                        Saat itu di akhir postingan tanggal 24 Juli 2011. Saya berharap mendapat gambar model-model/rupa iket Sunda.

                                        Setelah lebih dari setahun setengah mencari. Akhirnya saya mendapat beberapa gambar model/rupa iket untuk d simpan di arsip kula. Gambar-gambar/foto para anggota Komunitas Iket Sunda (KIS) ini, bersumber dari koran Pikiran Rakyat Edisi Minggu 20 Januari 2013 (Iket Mengikat Loyalitas Budaya).


                                        Barangbang Semplak
                                        Barangbang Semplak


                                        Candra Sumirat
                                        Candra Sumirat


                                        Kampung_adat_Dukuh
                                        Kampung adat Dukuh


                                        Parekos_Nangka
                                        Parekos Nangka



                                        Julang_Ngapak
                                        Julang Ngapak


                                        Koncer
                                        Koncer


                                        Parekos_Jengkol
                                        Parekos Jengkol


                                        Kebo_Modol
                                        Kebo Modol



                                        Mahkota_Wangsa
                                        Mahkota Wangsa


                                        Kole_Nyangsang
                                        Kole Nyangsang


                                        Parekos_Gedang
                                        Parekos Gedang


                                        Buaya Ngangsar
                                        Buaya Ngangsar

                                        Related Posts:

                                          Iket Mengikat Loyalitas Budaya

                                          Iket Mengikat Loyalitas Budaya
                                          Agus Roche (kiri) bersama anggota Komunitas Iket Sunda (KIS) memakai beragam iket Sunda. Munculnya pemakaian iket Sunda itu karena kecintaan anak muda terhadap budaya Sunda. Komunitas itu juga menanam benih kreasi variasi iket. (foto: Pikiran Rakyat)

                                          Masih berbicara tentang iket Sunda. arsip kula sebelumnya telah menyimpan Mengenal Iket Sunda dan Lagih Ngulik Rupa Iket, nih . Untuk melengkapi catatan tentang iket Sunda. Saya akan menyimpan juga artikel �Iket Mengikat Loyalitas Budaya� milik Dewiyatini yang dimuat di media cetak Pikiran Rakyat Edisi Minggu 20 Januari 2013.



                                          Iket Mengikat Loyalitas Budaya

                                          Nu lima diopatkeun. Nu opat ditilukeun. Nu tilu, diduakeun. Nu dua, dihijikeun. Nu hiji jadi kasep (Yang lima dijadikan empat. Yang empat dijadikan tiga. Yang tiga dijadikan dua. Yang dua dijadikan satu. Yang satu menjadi tampan)�.

                                          KALIMAT itu diucapkan pengajar Filsafat Seni Prof Yakob Sumardjo saat mengajar mahasiswa pascasarjana di Sekolah tinggi Seni Indonesia (STSI), Kota Banding. Menurut dia, filsafat sunda yang merujuk alam.

                                          Apakah kalimat tadi dikenal di kalangan orang Sunda masa kini? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mari melihat ke fenomena yang muncul kini, saat iket menjadi tren di kalangan anak muda. Iket semula digunakan oleh masyarakat adat, namun sekarang tak lagi demikian. Anak-anak muda dengan berbagai macam motif dan gaya memakai iket tampak di setiap sudut Kota Bandung. Ada apakah ini?

                                          Terlalu banyak pertanyaan yang muncul. Tokoh masyarakat Sunda, Eka Santosa mengurai sejumlah jawaban yang memungkinkan hal itu terjadi. Menururt Eka, fenomena ini terjadi secara alami. Ini menunjukan adanya kerinduan akan tata nilai-nilai lokal. �Penyebabnya pada kejenuhan akan modernisasi yang tidak menyelesaikan masalah. Yang ada malah merumitkan tradisi, sehingga ada keingian kembali pada tata nilai tradisional,� katanya.

                                          Iket yang dipakai oleh generasi sekarang adalah sebagai sebuah identitas. Mereka sengaja menciptakan kekhasan iket yang mereka pakai untuk menunjukan siapa mereka. �Padahal, pemakaian iket itu penuh dnegan pemaknaan diri,� ujar Eka.

                                          Dia memberi contoh di tengah masyarakat Baduy yang menjadi iket sebagai identitas diri sejak lampau. Orang bisa membedakan dengan mudah dari Baduy manakah seseorang dilihat dari iket yang dipakainya. Selain itu, iket juga merupakan komitmen pada diri yang harus terus terjaga.

                                          Budayawan Sunda Nana Munajat menerjemahkan iket sebagai batasan diri yang memakainya. Iket yang dipasang di kepala orang Sunda, agar pemakainya tidak ingkah (lepas) dan ngencar (lepas) dari kasundaan. �Iket itu sabagai ikatan bagi pemakainya.� Ucapanya.

                                          Kebanggaan memakai iket sekaraang tinggal diarahkan pertanggungjawabannya melestarikan budaya lokal. Namun, tidak bisa dipungkiri berbagai macam kreativitas gaya memakainya. Dulu, menurut Nana, dikenal tujuh gaya memakai iket, diantaranya, parekos nangka, lohen, tutup liwet atau julang ngapak, barangbang semplak, balukar peunggas, sampai, dan kole nyangsang. �Munculnya banyak gaya memakai iket untuk kreativitas itu sah-sah saja. Karena iket juga tidak bisa diklaim begitu saja sebagai milik masyarakat Sunda. Daerah lain juga memiliki. Yang membedakan cara berpikir yang mesti selaras dengan pakaian yang digunakan,� kata Nana.

                                          Nana juga mengapresiasi keinginan pemerintah mewajibkan memakai iket. Namun tidak hanya memakai, diisi pula makna dari iket itu. �Untuk apa kepala dipakaikan iket kalau isinya tetap ngencarngencar. Fungsi iket kan, agar kita tidak ingkah dari budaya dan agama,� tutur Nana.

                                          Kalimat yang diucapkan Prof. Yacob Sumardjo tadi sudah dikenal oleh orang Sunda sejak di masa lampau. Kalimat itu pula yang mudah diingat ketika melipat kain iket Sinda untuk dipasangkan di kepala. Yacob mengatakan filsafat alam itu pula yang ada dalam iket. Ia menggambarkan iket sebagai mandala (mata angin) yang memiliki pusat di bumi. Itu pula digambarkan dalam warna-warna dasar iket yang selalau dekat dengan alam. �ketika dari lima jadi satu, maka ia berusaha mendekatkan driri dengan Tuhan yang satu. Setelah dekat dengan Tuhan, maka pemakainya akan tampan luar dalam,� ujar Yacob.

                                          Hal senada juga diungkapkan salah seorang pendiri Paguyuban Sundawani Robby Maulana Dzulkarnaen. Menurut dia, fenomena maraknya pemakaian iket, khususnya di kalangan muda bisa diartikan sebagai tanda bangkitnya budaya Sunda. Meski ini baru menjadi ciri, tapi diharapkan bisa mendongkrak kesadaran dalam bertingkah laku. �Malu dengan iket jika ternyata masih berbuat di luar Kasundaan,� katanya.

                                          Robby melihat fenomena ini menjalari kaum muda. Dengan begitu, antara kaum muda dan kaum sepuh sama-sama menyadarkan diri. (Dewiyatini/�PR�)

                                          Related Posts:

                                            Sekilas Tentang Masuk Angin dan Kerokan

                                            Sekilas Tentang Masuk Angin dan Kerokan
                                            Masuk angin sebetulnya hanyalah gabungan dari beberapa gejala gangguan kesehatan, seperti kedinginan, perut kembung, sekujur badan terasa sakit, rasa mual, diare, berkeringat dingin, bahkan hingga gangguan nafsu makan. Di Barat, masuk angin dikenal sebagai catching cold.

                                            Masuk angin bukan berarti terdapat angin ataupun makhluk halus yang masuk dalam tubuh seperti yang diyakini penduduk di banyak wilayah Asia, tetapi disebabkan terjadinya penyempitan pada pembuluh darah akibat bereaksi dengan udara dingin dan pembuluh darah menjadi kaku. Akibatnya pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang sehingga menimbulkan berbagai gangguan seperti nyeri otot atau pegal-pegal.

                                            Selain itu, suhu tubuh yang turun akan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh dan menjadi rentan akan serangan-serangan virus dan bakteri. Dalam dunia pengobatan modern sendiri belum ada obat yang secara spesifik mampu menyembuhkan penyakit tersebut, sehingga warga lokal di beberapa wilayah Asia menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah kerokan.

                                            Di beberapa negara Asia, kerokan cukup pupoler. Di Cina, kerokan dikenal sebagai gua sha, di Vietnam sebagai cao gio, dan di Kamboja sebagai goh kyol. Metode-metode ini memiliki persamaan yaitu menggunakan minyak dan koin untuk digesekkan di punggung sehingga membentuk garis-garis berwarna merah. Nyatanya, persepsi di Cina, Kamboja, dan Vietnam hampir serupa dengan Indonesia bahwa metode ini akan mengusir angin yang mengganggu di dalam tubuh. Hinggga saat ini, belum ditemukan literatur resmi yang memuat asal-asul kerokan. Namun, diperkirakan kerokan menyebar melalui jalur perdagangan pada sekitar abad awal masehi.

                                            Mekanisme kerja metode ini belum dapat dijelaskan secara lengkap. Di Vietnam, dipercaya juga bahwa justru minyaknyalah yang menyembuhkan penyakit tersebut, yaitu Tiger Balm yang merupakan campuran dari mentol, kamfer, minyak kayu putih, minyak tunas cengkeh, dan minyak kasia yang dipercaya memiliki efek terapis pada gejala-gejala tersebut.

                                            Penjelasan ilmiah pada saat ini hanya mampu menelisik beberapa hal saja. Kerokan bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah kulit. Biasanya, digunakan di punggung, dan memecahkan pembuluh darah kapiler di permukaan kulit sehingga pembuluh darah di sekelilingnya akan melebar. Seiring dengan melebarnya pembuluh darah, akan terjadi migrasi sel darah putih yang berfungsi untuk kekebalan tubuh dan akan menyerang antigen-antigen asing di sepanjang daerah migrasinya. Pecahnya pembuhuh darah akan memengaruhi jumlah beberapa senyawa kimia seperti beta endorfin. Beta endorfin akan membuat tubuh terasa nyaman dan berefek candu, sehingga mengakibatkan ketagihan. Selain itu, kerokan juga akan menaikkan suhu tubuh sekitar 0,5 � 2 derajat Celsius, sehingga tubuh terasa hangat kembali.

                                            Namun, kerokan memiliki beberapa bahaya. Kerokan dapat menyebabkan terbukanya pori-pori kulit, sehingga udara dingin akan mudah masuk ke dalam tubuh. Selain itu, senyawa beta endorfin yang dimiliki tubuh akan mengakibatkan efek candu dan akan berbahaya apabila kerokan digunakan terus-menerus karena akan menyebabkan pembuluh darah kapiler pecah dan dikhawatirkan pada akhirnya tidak dapat beregenerasi lagi.

                                            Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangkal efek samping kerokan tersebut. Pertama, jangan mengunakan kerokan dalam frekuensi yang terlalu sering, agar pembuluh darah yang pecah dapat beregenerasi kembali.

                                            Kedua, gunakan minyak atau salep yang hanyat seperti minyak kayu putih, atau dapat menggunakan campuran minyak kelapa dan irisan bawang merah, dan lainnya yang dapat memberikan efek terapi pada tubuh sehingga walaupun pori-pori kulit terbuka tetapi tubuh tetap terasa hangat.

                                            Sekali lagi penting untuk diingat bahwa setiap mengobatan modern maupun tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode pengobatan dikatakan berbahaya atau tidak, tergantung dari kita sebagai penggunannya.

                                            (Sumber: Aldizal Mahendra, mahasiswa Farmasi S-1 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran / Pikiran Rakyat)

                                            Related Posts:

                                              Menelusuri Kembali Penemuan Kamera

                                              Menelusuri Kembali Penemuan Kamera
                                              Apa yang dilakukan manusia untuk mengabadikan sesuatu yang dilihat oleh mata, telah dimulai sejak 336 SM. Saat itu Aristoteles memperkenalkan teknologi �lubang jarum�. Aristoteles mengatakan bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk kesan atau gambar atau image.

                                              Abad ke-11 ditemukan kamera obscura yang ditemukan oleh seorang Alhazen. Kamera ini berbentuk ruangan khusus yang didalamnya dipantulkan cahaya yang terdiri dari dua lensa konveks.

                                              Gerolomo Cardano matematikawan asal Italia, antara tahun 1501-1576 memperkenalkan teknologi orbem e vitro, yang disebut sebagai nenek moyang lensa kamera. Lensa mempunyai peran penting pada sebuah kamera. Tanpa lensa, kamera tidak akan bisa mengambil gambar. Tugas lensa adalah mengambil cahaya dari subyek agar masuk ke dalam fokus sehingga bisa menghasilkan gambar yang bagus.

                                              Pada tahun 1852, Fredrick Scott Archer membuat temuan mencetak foto cepat. Hanya dalam waktu 3 detik saja! Teknik yang dinamakan collodion ini mencetak gambar pada saat plat film masih dalam keadaan basah.

                                              Tahun 1888 kamera Kodak protable box diperkenalkan oleh Eastman ke publik. Alat ini lebih ringkas dan sederhana daripada alat-alat fotografi sebelumnya. Alat ini sudah bisa digunakan oleh setiap orang karena mudah digunakan.

                                              Tahun 1924, Leitz memperkenalkan Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam penggunaannya. Kamera ini dijadikan standar para jurnalis di masa itu.

                                              Tahun 1947, Edwin Land menemukan kamera Polaroid yang memungkinkan mencetak gambar secara langsung tanpa memiliki negatif film, kamera film instan digunakan langsung di dalam kamera tersebut.

                                              Kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi juga suaranya berhasil diciptakan oleh Philips dan Sony pada tahun 1979. Meraka juga memperkenalkan kaset video sebagai media perekamnya.

                                              Kemudian pada tahun 1986, Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film, yakni melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen gambar. Kemampuan merekam gambar inilah yang kemudian disebut sebagai megapixels.

                                              Tahun 1990, Kodak memperkenalkan kamera digital pertama di dunia.** (Sumber: Septi/Pikiran Rakyat)

                                              Related Posts:

                                                Bubur Suro, Tradisi Bulan Muharram di Rancakalong

                                                Bubur Suro, Tradisi Bulan Muharram di Rancakalong
                                                Ritual Bubur Suro di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang memperlihatkan perpaduan budaya agraris pengaruh India, Sunda, Jawa, dan Islam.

                                                Setiap bulan Muharram, dalam bahasa Jawa bulan Suro, tanggal 9 dan 10, warga di Kecamatan Rancakalong membuat bubur Suro. Bubur yang dibuat dari berbagai macam umbi-umbian dan buah-buahan, semua dijadikan satu. Menurut Aki Anang Gunawan (75 tahun) sesepuh lembur Cij�r�, Desa Garawangi, Kecamatan Rancakalong, dahulu bahan untuk membuat bubur Suro harus seribu macam/jenis. Tetapi sekarang sangat sulit untuk memenuhi syarat tersebut (seribu bahan). Supaya memenuhi syarat seribu macam bahan, bubur dicampur dengan pisang/cau Sewu.

                                                Bubur Suro diperuntukan mengingat/memperingati Kanjeng Nabi Nuh. Nabi Nuh dalam peristiwa banjir besar, di kapalnya membawa berbagai macam umbi-umbian dan buah-bahan. Selama di atas kapal Nabi Nuh beserta para pengikutnya tak sampai merasakan kelaparan.

                                                Dinamai bubur Suro karena dibuatnya pada bulan Suro, bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Oleh leluhur Rancakalong dahulu, bubur Suro dipadukan dengan tradisi agraris. Itu sebabnya sekarang dalam ritual bubur Suro, terdapat ritual-ritual yang bertalian dengan tradisi agraris.

                                                Sehari sebelum bubur Suro, malamya berlangsung ritual yang terasa sakral dan penuh mistik, di dalamnya ada juga pengaruh Islam. Disediakan sesajen berupa bubur beureum/merah, bubur bodas/putih, puncak manik, kupat dupi tangtang angin, bakakak hayam/ayam. Tujuh macam rujak, tujuh macam kembang/bunga, tak tertinggal parupuyan terus menyala membakar kemenyan.

                                                Sesajen juga dilengkapi dengan kepala boneka kayu berbentuk wanita memakai kar�mbong/kain penutup kepala. Disamping boneka ada balutan iket yang berisi uang. Boneka wanita melambangkan Sri Pohaci yang memelihara padi, kalau di Jawa disebut Dewi Sri. Iket yang membungkus uang melambangkan laki-laki.

                                                Dengan demikian, walau bubur Suro untuk memperingati Nabi Nuh dalam peristiwa banjir besar. Tetapi oleh leluhur Rancakalong dikaitkan dengan ritual budaya agraris. Umbi-umbian dan buah-buahan semuanya hasil pertanian, tanah menjadi media tanamnya. Itu sebabnya dalam sesajen disertakan boneka Sri Pohaci sebagai lambang kesuburan. (sumber: Nanang S./Galura; gambar: Addor Smd/Facebook)

                                                Related Posts:

                                                  amazon