Nyai Dasimah :: WS RENDRA

Nyai Dasimah, yang lebat rambutnya
sudah lama tidak berjumpa
kini kulihat
tetap saja kamu jelita

Menggeleng-gelengkan kepala
dibawah lampu jalan,
kamu mengadu kepadaku
ya ya ya keadaan sudah berubah
tentu saja
pabrik-pabrik didirikan di desa
orang desa menjual tanahnya
pergi ke kota menjadi jadi gelandangan
ya ya ya keadaan sudah berubah
bendungan yang didirikan
ditumbuhi enceng gondok
pengairan malah berkurang
dan tenaga listriknya
hanya mampu dibeli oleh modal asing

Nyai Dasimah yang lentik bulu matanya
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
lesung pipitnya tetap sempurna

Dunia berubah ia terbata-bata
tetapi cuma sementara
ketika pabrik batik gulung tikar
dan wanita-wanita pembatik berkeluyuran di jalan
di waktu malam
dengan cepat ia membuka kedai makan
ia judes terhadap langganan yang berhutang
ia bekerja siang dan malam

Nyai Dasimah bibirnya merah kesumba
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
ia tetap cantik dan perkasa
ia tak pernah ragu-ragu
kadang-kadang menangis juga
tetapi cuma sedikit
air matanya
anaknya yang tamat SMA
tak dapat kerja
cepat-cepat ia seret ke pasar
ia suruh berdagang saja
dunia berubah
ya .....senantiasa akan berubah
tentu saja
tapi Dasimah tetap Dasimah
Ia melenggang satu dua
dan dunia
terkesima oleh pantatnya

Dasimah wahai Dasimah
uangmu kamu hitung, uangmu kamu simpan
semangatmu memandang ke depan
uang itu gaib katamu
mungkin
sebab nyatanya
diburu bagai bayangan
dihayati ia menjadi kenyataan

Nyai Dasimah menggeliatkan tubuhnya
sudah lama tak berjumpa
kini ketemu ia minta pijitan

Ayolah Nyai mari ke mari
kebayamu yang rapih
bersih berkanji
yet iyet tebu
yet iyet pisang
meski kamu sudah ibu
kamu toh tetap girang

--Rendra
Jakarta, 23 Oktober 1976


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Nyanyian Fatimah untuk Suto :: WS RENDRA

Kelambu ranjangku tersingkap
dibantal berenda tergolek nasibku
apabila firmanmu terucap
masuklah kalbumu ke dalam kalbuku
sedu sedan mengetuk tingkapku
dari bumi dibawah rumpun mawar
waktu lahir kau telanjang dan tak tahu
tapi hidup bukanlah tawar menawar

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Nyanyian Suto untuk Fatimah :: WS RENDRA

Dua puluh tiga matahari bangkit dari pundakmu
tubuhmu menguapkan bau tanah
dan menyelalah sukmaku.
langit bagai kain tetoron yang biru
terbentang berkilat dan berkilau
menantang jendela kalbu yang berduka cita
rohku dan rohmu bagai proton dan elektron
bergolak bergolak bergolak bergolak
dibawah dua puluh tiga matahari
dua puluh tiga matahari membakar duka cita

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Hutan Bogor :: WS RENDRA

Badai turun
didalam hutan
badai turun
didalam sajak sajakku
selalu sayang
aku terkenang kepadamu

Sudah jam empat sore
hujan jatuh di hutan kenari
semula nampak manis
kemudian mendahsyatkan
di dalam hujan, mendung dan petir
bumi pun nampak fana
Tak ada yang abadi

Buruk dan basah
jenggot pohonan
lumut lumut didahan, benalu dan
paku paku
aku berpikir
betulkah aku tidak menipumu

Didalam hujan
bumi dan sajak
terasa fana
berhadapan dengan maut
dengan malu
telanjanglah kita

Menggapailah tangan tangan kita
bagai dahan dahan pohonan
dan beriaklah suara suara
dalam perkelahian yang fana
tapi dengan dahsyat
dahan dahan tetap menggapai
yang penting
bukanlah kekalahan ataupun kemenangan
tapi bahwa tangan tangan telah di kepalkan
biarpun kecapaian

Badai turun
di dalam hutan
badai turun
di dalam sajak sajak

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api :: WS RENDRA

Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya?
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan
kepastian hidup bersama?
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api

Kini batinku kembali mengenang
udara panas yang bergetar dan menggelombang
bau asap, bau keringat
suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan
kaki langit berwarna kesumba

Kami berlaga
memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
Kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
yang bisa dialami dengan nyata
Mana mungkin itu bisa terjadi
di dalam penindasan dan penjajahan
Manusia mana
Akan membiarkan keturunannya hidup
tanpa jaminan kepastian?

Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
Hidup yang diperkembangkan
dan hidup yang dipertahankan
Itulah sebabnya kami melawan penindasan
Kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
bangsa tetap terjaga

Kini aku sudah tua
Aku terjaga dari tidurku
di tengah malam di pegunungan
Bau apakah yang tercium olehku?
Apakah ini bau asam medan laga tempo dulu
yang dibawa oleh mimpi kepadaku?
Ataukah ini bau limbah pencemaran?
Gemuruh apakah yang aku dengar ini?
Apakah ini deru perjuangan masa silam
di tanah priangan?
Ataukah gaduh hidup yang rusuh
karena dikhianati dewa keadilan.
Aku terkesiap. Sukmaku gagap. Apakah aku
dibangunkan oleh mimpi?
Apakah aku tersentak
Oleh satu isyarat kehidupan?
Di dalam kesunyian malam
Aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku!
Apakah yang terjadi?

Darah teman-temanku
Telah tumpah di Sukakarsa
Di Dayeuh Kolot
Di Kiara Condong
Di setiap jejak medan laga.
Kini
Kami tersentak,Terbangun bersama.
Putera-puteriku, apakah yang terjadi?
Apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami?
Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu
Apakah kita masih sama-sama setia
Membela keadilan hidup bersama

Manusia dari setiap angkatan bangsa
Akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
Tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
Dan menghadapi pertanyaan zaman
Apakah yang terjadi?
Apakah yang telah kamu lakukan?
Apakah yang sedang kamu lakukan?
Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
Dari jawaban yang kita berikan

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Rajawali :: WS RENDRA

Sebuah sangkar besi
tidak bisa merubah seekor rajawali
menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat fatamorgana

Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Paman Doblang :: WS RENDRA

Paman Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap
Tanpa lampu tanpa lubang cahaya pengap
Ada hawa tak ada angkasa
Terkucil temanmu beratus-ratus nyamuk semata
Terkunci tak tahu kapan pintu akan terbuka
Kamu tak tahu di mana berada

Paman Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?

Ketika haus aku minum air dari kaleng karatan
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama
Aku istirah di sini
Tenaga ghaib memupuk jiwaku

Paman Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala
Kamu terkurung dalam lingkaran
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana
Kaki kamu dirantai ke batang karang
Kamu dikutuk dan disalahkan
Tanpa pengadilan

Paman Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?

Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata

--Rendra
Depok, 22 April 1981


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Doa di Jakarta :: WS RENDRA

Tuhan yang Maha Esa
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai
fikiran yang dipabrikkan
dan masyarakat yang diternakkan

Malam rebah dalam udara yang kotor
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan
terpenjara, tanpa jendela

Tuhan yang Maha Faham
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang berarti empat puluh tahun gaji seorang buruh
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C
Hati manusia telah menjadi baja
Bagai dash board yang tak acuh
panser yang angkuh
traktor yang dendam

Tuhan yang Maha Rahman
ketika air mata menjadi gombal
dan kata-kata menjadi lumpur becek
aku menoleh ke utara dan ke selatan
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk uang logam?
Di manakah catatan belanja harian?
Di manakah peradaban?

Ya, Tuhan yang Maha Hakim
harapan kosong, optimisme hampa
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata

--Rendra
Jakarta 29 Mei 1983


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Widuri untuk Joki Tobing :: WS RENDRA

Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba
Orang-orang miskin menentang kemelaratan
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku
Kita duduk bersandingan
menyaksikan hidup yang kumal
Dan perlahan tersirap darah kita
melihat sekuntum bunga telah mekar
dari puingan masa yang putus asa

--Rendra
9 Mei 1977
Nusantara Film
Jakarta


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Joki Tobing untuk Widuri :: WS RENDRA

Dengan latar belakang gubug-gubug karton
aku terkenang akan wajahmu
Di atas debu kemiskinan
aku berdiri menghadapmu
Usaplah wajahku, Widuri
Mimpi remajaku gugur
di atas padang pengangguran
Ciliwung keruh
wajah-wajah nelayan keruh
lalu muncullah rambutmu yang berkibaran

Kemiskinan dan kelaparan
membangkitkan keangkuhanku
Wajah indah dan rambutmu
menjadi pelangi di cakrawalaku

-- Rendra
9 Mei 1977
Nusantara Film
Jakarta


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Lirik Lagu Selamat Untukmu Album Ternyata (1989) KATARA SINGERS

Katara Singers
�Selamat Untukmu� lagu yang dibawakan Katara Singers (Deddy Hasan, Rika, Nana, dan Andre Hehanussa) grup vokal asal Bandung ini, mungkin tak asing untuk menikmat musik di awal tahun sembilanpuluhan. Termasuk saya juga menyukai beberapa lagu Katara Singers di album Ternyata (1989), seperti lagu: Masa Bodo, Ternyata, Fiesta de Rio, dan Selamat Untukmu.

Untuk mengenang kembali masa muda (jiahh pemuda jadul, ternyatah � yahhh). Di bawah ini saya arsipkan lirik lagu Selamat Untukmu:

SELAMAT UNTUKMU
Cipt: Erwin Gutawa, Harry Kiss
Album: Ternyata (1989), KATARA SINGERS
Produksi: Midilab Production & Aquarius

Mentari pagi ini
berseri menyambutmu
Tak terasa hari ini
tambah satu usiamu

Tahun t'lah berganti
usiapun menyusuri
jelang waktu yang terus berlalu

Harapku kau bahagia
di hari milikmu
Dan semoga tahun ini
mengawali sinarmu

Indah...
kan seindah nirwana
nan seputih kasih
Hening...
sebening sinarmu

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
Semoga kau bahagia slalu...

Harapku kau bahagia
di hari milikmu
Dan semoga tahun ini
mengawali sinarmu

Indah...
kan seindah nirwana
nan seputih kasih
Hening...
sebening sinarmu

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
semoga kasih slalu bersamamu

Lupakan duka
gapai citamu
doaku bersamamu slalu

Sikap dewasa
menanti di jalanmu kini
bekal kehidupan nanti

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
semoga kasih slalu bersamamu

Lupakan duka
gapai citamu
doaku bersamamu (denganmu)

Kuucapkan s'lamat untukmu
gapai citamu
semoga kau bahagia

Bagaimana Sobat jadul masih mengingat/menikmati lagu-lagu Katara Singers grup vokal asal Bandung ini? Tempo hari saya sempat lihat di youtube ada beberapa lagu juga liriknya.

Oh iyah tak lupa buat yang hari ini (10 November) tambah satu usia. Semoga selalu diberi sehat oleh Sang Pencipta.

salam

Related Posts:

amazon