Tips Tidur Nyaman dan Cepat di Malam Hari

Tips Tidur Nyaman dan Cepat di Malam Hari
ilustrasi: Google
TIDUR yang cepat, nyaman, dan pulas di malam hari pasti didambakan setiap orang. Dengan kepuasan tidur, kita akan bangun dalam kondisi yang segar pada pagi hari. Namun, ada sejumlah orang yang mengaku sulit untuk tidur. Kami telah merangkumnya dari akun Twitter @blogdokter dan akan membagi beberapa tips tidur untuk Anda, di antaranya:

  1. Kurangi durasi tidur siang, bila anda memiliki kebiasaan tidur siang. Cukup 30 menit atau kurang setiap harinya. Selain itu, tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya.
  2. Saat akan tidur, biasakan mematikan semua layar gadget, televisi, komputer. Perangkat-perangkat elektronik tersebut dapat memancarkan sinar biru halus yang akan membuat anda selalu terjaga.
  3. Jauhkan jam dari pandangan karena dapat menimbulkan kecemasaan saat tak bisa tidur.
  4. Gunakan bantal yang tidak terlalu tinggi atau rendah. Usahakan leher lurus atau dalam posisi netral.
  5. Agar tidak sakit pinggang, tidurlah miring lalu taruh bantal di antara kedua lutut.
  6. Pastikan seprai, kasur, dan bantal bersih, bebas kotoran, dan kutu. Pastikan juga tempat tidur hanya untuk aktivitas tidur dan berhubungan intim.
  7. Hindari makan dan minum terlalu banyak sebelum tidur. Jauhi juga minuman beralkohol dan rokok. Hindari juga olah raga di malam hari.
  8. Saat anda akan tidur, kosongkan pikiran, jangan memikirkan pekerjaan ketika berada di atas tempat tidur.

Sumber : Dewiyatini/*Pikiran Rakyat* Minggu, 29 Desember 2013

Related Posts:

Kelelawar :: WS RENDRA

Silau oleh sinar lampu lalulintas
aku menunduk memandang sepatuku
aku gentayangan bagai kelelawar
tidak gembira, tidak sedih
terapung dalam waktu
Ma, aku melihatmu di setiap ujung jalan
sungguh tidak menyangka
begitu penuh kamu mengisi buku
alamat batinku
sekarang aku kembali berjalan

Apakah aku akan menelefon teman?
apakah aku akan makan udang gapit
di restoran?
aku sebel terhadap cendikiawan
yang menolak menjadi saksi
masalah sosial dipoles gincu menjadi
metafisika

Sikap jiwa dianggap maya dibanding
mobil berlapis baja
hanya kamu yang enak diajak bicara

Kakiku melangkah melewati sampah-sampah

Aku akan menulis sajak-sajak lagi
rasa berdaya tidak bisa mati begitu saja
kesini, Ma, masuklah ke dalam saku bajuku
Daya hidup menjadi kamu, menjadi harapan

--Rendra
Tomang Tinggi, 1981


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Seorang Tua untuk Istrinya :: WS RENDRA

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita
yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra
serta mencipta dan mengukir dunia
kita menyandang tugas

Kerna tugas adalah tugas.
bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia
kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu

Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita
tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun
kuasa menghapuskannya

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna
sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita
sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda
dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara
bukan kerna senyuman adalah satu kedok
Tetapi kerna senyuman adalah satu sikap
sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama
nasib, dan kehidupan

Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
kenangkanlah bahwa kita telah selalu
menolak menjadi koma
kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tapi bukan kerna kita telah terkalahkan

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenang encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Burung-burung Kondor :: WS RENDRA

Angin gunung turun merembes ke hutan
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau

Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya

Para petani buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela
menanam bibit di tanah yang subur
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah
Keringat mereka menjelma menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
dan menjawab dengan mengirim kondom

Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai
menggapai-gapai
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan
di dalam usaha tak menentu
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor

Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit
tersingkir ke tempat-tempat yang sepi
Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi

Berjuta-juta burung kondor
mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu
mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Wanitaku - wanitaku :: WS RENDRA

Wanitaku-wanitaku
gerimis menampar mukaku
dan aku berseru padamu dimanakah kamu wanitaku?
kamu menghilang di belakang hotel
di dalam kabut kuburu kamu
kamu lari ke dalam bis kota
dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya
Aku bernyanyi dikamar mandi
dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang
terbayang lagi
apakah kamu mengerti kesepianku?
Sukmamu mengembara kedalam rumah
diantara buku buku poster-poster butut
meja makan yang berantakan
ranjang yang berbau mimipi
aku terseduh-seduh
hubungan kita sia-sia
sukmaku menjelma
menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara
luput ke dalam perkampungan
sudah sekian lama
sudah bertahun tahun
sudah berabad abad
melewati kepulan debu
melewati angin panas
melewati serdadu dan algojo
melewati anjing anjing
aku memburu-memburu
berburu-berburu diatas harley davidson
mencari sukmamu dan sukmaku
yang telah lenyap bersama

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Kembali :: WS RENDRA

Delapan ratus kilo aku berlari
dan aku tetap melihat wajahmu
wajahmu adalah wajah terhina
yang diingkari keadilan

Aku berlari ke timur
ke kota yang antik
delapan ratus kilo dari kamu
karena bimbang menempuh bimbang

Sebagai anjing aku termangu
di samping piano
mencari masa lalu
karena gamang akan masa yang datang

Wahai wajah yang terhina
wajah tanpa alamat surat
aku akan kembali kepadamu
karena kamu adalah masa kini
yang harus aku hadapi
dan masa depan
adalah masa kini yang dihayati

Delapan ratus kilo akan ku tempuh
untuk berendeng bersamamu
delapan ratus kilo akan ku tempuh
untuk membaca kemarau bersamamu

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Nyai Dasimah :: WS RENDRA

Nyai Dasimah, yang lebat rambutnya
sudah lama tidak berjumpa
kini kulihat
tetap saja kamu jelita

Menggeleng-gelengkan kepala
dibawah lampu jalan,
kamu mengadu kepadaku
ya ya ya keadaan sudah berubah
tentu saja
pabrik-pabrik didirikan di desa
orang desa menjual tanahnya
pergi ke kota menjadi jadi gelandangan
ya ya ya keadaan sudah berubah
bendungan yang didirikan
ditumbuhi enceng gondok
pengairan malah berkurang
dan tenaga listriknya
hanya mampu dibeli oleh modal asing

Nyai Dasimah yang lentik bulu matanya
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
lesung pipitnya tetap sempurna

Dunia berubah ia terbata-bata
tetapi cuma sementara
ketika pabrik batik gulung tikar
dan wanita-wanita pembatik berkeluyuran di jalan
di waktu malam
dengan cepat ia membuka kedai makan
ia judes terhadap langganan yang berhutang
ia bekerja siang dan malam

Nyai Dasimah bibirnya merah kesumba
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
ia tetap cantik dan perkasa
ia tak pernah ragu-ragu
kadang-kadang menangis juga
tetapi cuma sedikit
air matanya
anaknya yang tamat SMA
tak dapat kerja
cepat-cepat ia seret ke pasar
ia suruh berdagang saja
dunia berubah
ya .....senantiasa akan berubah
tentu saja
tapi Dasimah tetap Dasimah
Ia melenggang satu dua
dan dunia
terkesima oleh pantatnya

Dasimah wahai Dasimah
uangmu kamu hitung, uangmu kamu simpan
semangatmu memandang ke depan
uang itu gaib katamu
mungkin
sebab nyatanya
diburu bagai bayangan
dihayati ia menjadi kenyataan

Nyai Dasimah menggeliatkan tubuhnya
sudah lama tak berjumpa
kini ketemu ia minta pijitan

Ayolah Nyai mari ke mari
kebayamu yang rapih
bersih berkanji
yet iyet tebu
yet iyet pisang
meski kamu sudah ibu
kamu toh tetap girang

--Rendra
Jakarta, 23 Oktober 1976


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Nyanyian Fatimah untuk Suto :: WS RENDRA

Kelambu ranjangku tersingkap
dibantal berenda tergolek nasibku
apabila firmanmu terucap
masuklah kalbumu ke dalam kalbuku
sedu sedan mengetuk tingkapku
dari bumi dibawah rumpun mawar
waktu lahir kau telanjang dan tak tahu
tapi hidup bukanlah tawar menawar

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Nyanyian Suto untuk Fatimah :: WS RENDRA

Dua puluh tiga matahari bangkit dari pundakmu
tubuhmu menguapkan bau tanah
dan menyelalah sukmaku.
langit bagai kain tetoron yang biru
terbentang berkilat dan berkilau
menantang jendela kalbu yang berduka cita
rohku dan rohmu bagai proton dan elektron
bergolak bergolak bergolak bergolak
dibawah dua puluh tiga matahari
dua puluh tiga matahari membakar duka cita

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Hutan Bogor :: WS RENDRA

Badai turun
didalam hutan
badai turun
didalam sajak sajakku
selalu sayang
aku terkenang kepadamu

Sudah jam empat sore
hujan jatuh di hutan kenari
semula nampak manis
kemudian mendahsyatkan
di dalam hujan, mendung dan petir
bumi pun nampak fana
Tak ada yang abadi

Buruk dan basah
jenggot pohonan
lumut lumut didahan, benalu dan
paku paku
aku berpikir
betulkah aku tidak menipumu

Didalam hujan
bumi dan sajak
terasa fana
berhadapan dengan maut
dengan malu
telanjanglah kita

Menggapailah tangan tangan kita
bagai dahan dahan pohonan
dan beriaklah suara suara
dalam perkelahian yang fana
tapi dengan dahsyat
dahan dahan tetap menggapai
yang penting
bukanlah kekalahan ataupun kemenangan
tapi bahwa tangan tangan telah di kepalkan
biarpun kecapaian

Badai turun
di dalam hutan
badai turun
di dalam sajak sajak

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api :: WS RENDRA

Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya?
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan
kepastian hidup bersama?
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api

Kini batinku kembali mengenang
udara panas yang bergetar dan menggelombang
bau asap, bau keringat
suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan
kaki langit berwarna kesumba

Kami berlaga
memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
Kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
yang bisa dialami dengan nyata
Mana mungkin itu bisa terjadi
di dalam penindasan dan penjajahan
Manusia mana
Akan membiarkan keturunannya hidup
tanpa jaminan kepastian?

Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
Hidup yang diperkembangkan
dan hidup yang dipertahankan
Itulah sebabnya kami melawan penindasan
Kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
bangsa tetap terjaga

Kini aku sudah tua
Aku terjaga dari tidurku
di tengah malam di pegunungan
Bau apakah yang tercium olehku?
Apakah ini bau asam medan laga tempo dulu
yang dibawa oleh mimpi kepadaku?
Ataukah ini bau limbah pencemaran?
Gemuruh apakah yang aku dengar ini?
Apakah ini deru perjuangan masa silam
di tanah priangan?
Ataukah gaduh hidup yang rusuh
karena dikhianati dewa keadilan.
Aku terkesiap. Sukmaku gagap. Apakah aku
dibangunkan oleh mimpi?
Apakah aku tersentak
Oleh satu isyarat kehidupan?
Di dalam kesunyian malam
Aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku!
Apakah yang terjadi?

Darah teman-temanku
Telah tumpah di Sukakarsa
Di Dayeuh Kolot
Di Kiara Condong
Di setiap jejak medan laga.
Kini
Kami tersentak,Terbangun bersama.
Putera-puteriku, apakah yang terjadi?
Apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami?
Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu
Apakah kita masih sama-sama setia
Membela keadilan hidup bersama

Manusia dari setiap angkatan bangsa
Akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
Tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
Dan menghadapi pertanyaan zaman
Apakah yang terjadi?
Apakah yang telah kamu lakukan?
Apakah yang sedang kamu lakukan?
Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
Dari jawaban yang kita berikan

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Rajawali :: WS RENDRA

Sebuah sangkar besi
tidak bisa merubah seekor rajawali
menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat fatamorgana

Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Paman Doblang :: WS RENDRA

Paman Doblang! Paman Doblang!
Mereka masukkan kamu ke dalam sel yang gelap
Tanpa lampu tanpa lubang cahaya pengap
Ada hawa tak ada angkasa
Terkucil temanmu beratus-ratus nyamuk semata
Terkunci tak tahu kapan pintu akan terbuka
Kamu tak tahu di mana berada

Paman Doblang! Paman Doblang!
Apa katamu?

Ketika haus aku minum air dari kaleng karatan
Sambil bersila aku mengharungi waktu
lepas dari jam, hari dan bulan
Aku dipeluk oleh wibawa tidak berbentuk
tidak berupa, tidak bernama
Aku istirah di sini
Tenaga ghaib memupuk jiwaku

Paman Doblang! Paman Doblang!
Di setiap jalan mengadang mastodon dan serigala
Kamu terkurung dalam lingkaran
Para pengeran meludahi kamu dari kereta kencana
Kaki kamu dirantai ke batang karang
Kamu dikutuk dan disalahkan
Tanpa pengadilan

Paman Doblang! Paman Doblang!
Bubur di piring timah
didorong dengan kaki ke depanmu
Paman Doblang, apa katamu?

Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan
adalah perlaksanaan kata-kata

--Rendra
Depok, 22 April 1981


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Doa di Jakarta :: WS RENDRA

Tuhan yang Maha Esa
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai
fikiran yang dipabrikkan
dan masyarakat yang diternakkan

Malam rebah dalam udara yang kotor
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan
terpenjara, tanpa jendela

Tuhan yang Maha Faham
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang berarti empat puluh tahun gaji seorang buruh
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C
Hati manusia telah menjadi baja
Bagai dash board yang tak acuh
panser yang angkuh
traktor yang dendam

Tuhan yang Maha Rahman
ketika air mata menjadi gombal
dan kata-kata menjadi lumpur becek
aku menoleh ke utara dan ke selatan
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk uang logam?
Di manakah catatan belanja harian?
Di manakah peradaban?

Ya, Tuhan yang Maha Hakim
harapan kosong, optimisme hampa
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata

--Rendra
Jakarta 29 Mei 1983


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Widuri untuk Joki Tobing :: WS RENDRA

Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba
Orang-orang miskin menentang kemelaratan
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku
Kita duduk bersandingan
menyaksikan hidup yang kumal
Dan perlahan tersirap darah kita
melihat sekuntum bunga telah mekar
dari puingan masa yang putus asa

--Rendra
9 Mei 1977
Nusantara Film
Jakarta


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Sajak Joki Tobing untuk Widuri :: WS RENDRA

Dengan latar belakang gubug-gubug karton
aku terkenang akan wajahmu
Di atas debu kemiskinan
aku berdiri menghadapmu
Usaplah wajahku, Widuri
Mimpi remajaku gugur
di atas padang pengangguran
Ciliwung keruh
wajah-wajah nelayan keruh
lalu muncullah rambutmu yang berkibaran

Kemiskinan dan kelaparan
membangkitkan keangkuhanku
Wajah indah dan rambutmu
menjadi pelangi di cakrawalaku

-- Rendra
9 Mei 1977
Nusantara Film
Jakarta


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)

Related Posts:

Lirik Lagu Selamat Untukmu Album Ternyata (1989) KATARA SINGERS

Katara Singers
�Selamat Untukmu� lagu yang dibawakan Katara Singers (Deddy Hasan, Rika, Nana, dan Andre Hehanussa) grup vokal asal Bandung ini, mungkin tak asing untuk menikmat musik di awal tahun sembilanpuluhan. Termasuk saya juga menyukai beberapa lagu Katara Singers di album Ternyata (1989), seperti lagu: Masa Bodo, Ternyata, Fiesta de Rio, dan Selamat Untukmu.

Untuk mengenang kembali masa muda (jiahh pemuda jadul, ternyatah � yahhh). Di bawah ini saya arsipkan lirik lagu Selamat Untukmu:

SELAMAT UNTUKMU
Cipt: Erwin Gutawa, Harry Kiss
Album: Ternyata (1989), KATARA SINGERS
Produksi: Midilab Production & Aquarius

Mentari pagi ini
berseri menyambutmu
Tak terasa hari ini
tambah satu usiamu

Tahun t'lah berganti
usiapun menyusuri
jelang waktu yang terus berlalu

Harapku kau bahagia
di hari milikmu
Dan semoga tahun ini
mengawali sinarmu

Indah...
kan seindah nirwana
nan seputih kasih
Hening...
sebening sinarmu

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
Semoga kau bahagia slalu...

Harapku kau bahagia
di hari milikmu
Dan semoga tahun ini
mengawali sinarmu

Indah...
kan seindah nirwana
nan seputih kasih
Hening...
sebening sinarmu

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
semoga kasih slalu bersamamu

Lupakan duka
gapai citamu
doaku bersamamu slalu

Sikap dewasa
menanti di jalanmu kini
bekal kehidupan nanti

Kupersembahkan lagu ini
s'lamat untukmu
semoga kasih slalu bersamamu

Lupakan duka
gapai citamu
doaku bersamamu (denganmu)

Kuucapkan s'lamat untukmu
gapai citamu
semoga kau bahagia

Bagaimana Sobat jadul masih mengingat/menikmati lagu-lagu Katara Singers grup vokal asal Bandung ini? Tempo hari saya sempat lihat di youtube ada beberapa lagu juga liriknya.

Oh iyah tak lupa buat yang hari ini (10 November) tambah satu usia. Semoga selalu diberi sehat oleh Sang Pencipta.

salam

Related Posts:

Teks Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.



Teks asli SOEMPAH PEMOEDA hasil rumusan Moehammad Yamin (28 Oktober 1928) menggunakan ejaan lama yaitu untuk huruf "U" masih menggunakan "OE", huruf "J" menggunakan "DJ", dan huruf "Y" menggunakan huruf "J". Sbb:
  • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
  • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
  • Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumber: google

Related Posts:

Upacara Hajat Sasih untuk Kaum Lelaki

MENJELANG Ramadan, berziarah ke makam leluhur atau orang tua menjadi tradisi bagi kebanyakan umat Islam di Indonesia. Demikian juga bagi Muslim di Kampung Naga, kampung adat yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Bedanya, sebagai sebuah entitas komunitas adat yang khas, Kampung Naga tak sekadar berziarah dalam menyambut bulan penuh berkah setiap tahunnya. Ziarah terangkai dengan ngariungan atau berdoa bersama dalam tradisi yang disebut upacara hajat sasih.

Upacara tersebut merupakan upacara yang hanya digelar saat hari-hari besar agama Islam. Dalam setahun, ada enam kali upacara hajat sasih, yaitu saat Tahun Baru 1 Muharam, Maulid Nabi, Jumadil Akhir, Nisfu Sya�ban, Idulfitri, dan Iduladha.

Lantas, kapan hajat sasih menjelang Ramadan digelar? Kepala Adat Kampung Naga, Ade Suherlin mengatakan, tradisi hajat sasih menjelang Ramadan digelar sekaligus dengan Nisfu Syaban yang pada tahun ini jatuh pada akhir bulan Juni.

Nisfu Syaban menjadi momen yang dinilai penting bagi sebagian kalangan umat Islam karena sang Khalik berjanji akan mengampuni dosa dan mengabulkan permintaan bagi mereka yang mendekatkan diri dan memperbanyak doa pada malam tersebut. Nisfu Syaban juga menjadi bulan terdekat dengan Ramadan (diapit oleh Rajab dan Ramadan) sehingga tradisi upcara adat dilangsungkan bersama.

Uniknya, hajat sasih yang melibatkan warga Kampung Naga, baik yang berdomisili di dalam maupun luar kampung tersebut, hanya diikuti kaum lelaki. Pada saat itu, kaum lelaki diwajibkan mengenakan jubah putih dalam menjalankan tradisi saklar tersebut.

Sementara itu, kaum perempuan yang tidak turut berziarah maupun ngariungan, terkonsentrasi di dapur. Mereka berkewajiban menyediakan aneka makanan khususnya tumpeng. Makanan itu nantinya disajikan seusai ngariungan yang dipimpin kuncen.

Tradisi hajat sasih memang tergolong sederhana. Rangkaiannya lebih banyak bermuatan doa sebagai upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bagi pengunjung yang bertandang ke Kampung Naga, diperbolehkan menyaksikan dan mengabadikan upacara hajat sasih.

Namun, menurut Ade, pada momen tertentu ada semacam larangan. Itu semata-mata untuk menyempurnakan kekhusukan interaksi warga Kampung Naga dengan Tuhan yang diimaninya, Allah SWT.

Sumber: Amaliya/�Pikiran Rakyat� Senin, 8 Juli 2013

Marhaban Ya Ramadhan

Related Posts:

Akhirnya, Dapat Juga Foto/Gambar Rupa Iket Sunda

Saat itu di akhir postingan tanggal 24 Juli 2011. Saya berharap mendapat gambar model-model/rupa iket Sunda.

Setelah lebih dari setahun setengah mencari. Akhirnya saya mendapat beberapa gambar model/rupa iket untuk d simpan di arsip kula. Gambar-gambar/foto para anggota Komunitas Iket Sunda (KIS) ini, bersumber dari koran Pikiran Rakyat Edisi Minggu 20 Januari 2013 (Iket Mengikat Loyalitas Budaya).


Barangbang Semplak
Barangbang Semplak


Candra Sumirat
Candra Sumirat


Kampung_adat_Dukuh
Kampung adat Dukuh


Parekos_Nangka
Parekos Nangka



Julang_Ngapak
Julang Ngapak


Koncer
Koncer


Parekos_Jengkol
Parekos Jengkol


Kebo_Modol
Kebo Modol



Mahkota_Wangsa
Mahkota Wangsa


Kole_Nyangsang
Kole Nyangsang


Parekos_Gedang
Parekos Gedang


Buaya Ngangsar
Buaya Ngangsar

Related Posts:

Iket Mengikat Loyalitas Budaya

Iket Mengikat Loyalitas Budaya
Agus Roche (kiri) bersama anggota Komunitas Iket Sunda (KIS) memakai beragam iket Sunda. Munculnya pemakaian iket Sunda itu karena kecintaan anak muda terhadap budaya Sunda. Komunitas itu juga menanam benih kreasi variasi iket. (foto: Pikiran Rakyat)

Masih berbicara tentang iket Sunda. arsip kula sebelumnya telah menyimpan Mengenal Iket Sunda dan Lagih Ngulik Rupa Iket, nih . Untuk melengkapi catatan tentang iket Sunda. Saya akan menyimpan juga artikel �Iket Mengikat Loyalitas Budaya� milik Dewiyatini yang dimuat di media cetak Pikiran Rakyat Edisi Minggu 20 Januari 2013.



Iket Mengikat Loyalitas Budaya

Nu lima diopatkeun. Nu opat ditilukeun. Nu tilu, diduakeun. Nu dua, dihijikeun. Nu hiji jadi kasep (Yang lima dijadikan empat. Yang empat dijadikan tiga. Yang tiga dijadikan dua. Yang dua dijadikan satu. Yang satu menjadi tampan)�.

KALIMAT itu diucapkan pengajar Filsafat Seni Prof Yakob Sumardjo saat mengajar mahasiswa pascasarjana di Sekolah tinggi Seni Indonesia (STSI), Kota Banding. Menurut dia, filsafat sunda yang merujuk alam.

Apakah kalimat tadi dikenal di kalangan orang Sunda masa kini? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mari melihat ke fenomena yang muncul kini, saat iket menjadi tren di kalangan anak muda. Iket semula digunakan oleh masyarakat adat, namun sekarang tak lagi demikian. Anak-anak muda dengan berbagai macam motif dan gaya memakai iket tampak di setiap sudut Kota Bandung. Ada apakah ini?

Terlalu banyak pertanyaan yang muncul. Tokoh masyarakat Sunda, Eka Santosa mengurai sejumlah jawaban yang memungkinkan hal itu terjadi. Menururt Eka, fenomena ini terjadi secara alami. Ini menunjukan adanya kerinduan akan tata nilai-nilai lokal. �Penyebabnya pada kejenuhan akan modernisasi yang tidak menyelesaikan masalah. Yang ada malah merumitkan tradisi, sehingga ada keingian kembali pada tata nilai tradisional,� katanya.

Iket yang dipakai oleh generasi sekarang adalah sebagai sebuah identitas. Mereka sengaja menciptakan kekhasan iket yang mereka pakai untuk menunjukan siapa mereka. �Padahal, pemakaian iket itu penuh dnegan pemaknaan diri,� ujar Eka.

Dia memberi contoh di tengah masyarakat Baduy yang menjadi iket sebagai identitas diri sejak lampau. Orang bisa membedakan dengan mudah dari Baduy manakah seseorang dilihat dari iket yang dipakainya. Selain itu, iket juga merupakan komitmen pada diri yang harus terus terjaga.

Budayawan Sunda Nana Munajat menerjemahkan iket sebagai batasan diri yang memakainya. Iket yang dipasang di kepala orang Sunda, agar pemakainya tidak ingkah (lepas) dan ngencar (lepas) dari kasundaan. �Iket itu sabagai ikatan bagi pemakainya.� Ucapanya.

Kebanggaan memakai iket sekaraang tinggal diarahkan pertanggungjawabannya melestarikan budaya lokal. Namun, tidak bisa dipungkiri berbagai macam kreativitas gaya memakainya. Dulu, menurut Nana, dikenal tujuh gaya memakai iket, diantaranya, parekos nangka, lohen, tutup liwet atau julang ngapak, barangbang semplak, balukar peunggas, sampai, dan kole nyangsang. �Munculnya banyak gaya memakai iket untuk kreativitas itu sah-sah saja. Karena iket juga tidak bisa diklaim begitu saja sebagai milik masyarakat Sunda. Daerah lain juga memiliki. Yang membedakan cara berpikir yang mesti selaras dengan pakaian yang digunakan,� kata Nana.

Nana juga mengapresiasi keinginan pemerintah mewajibkan memakai iket. Namun tidak hanya memakai, diisi pula makna dari iket itu. �Untuk apa kepala dipakaikan iket kalau isinya tetap ngencarngencar. Fungsi iket kan, agar kita tidak ingkah dari budaya dan agama,� tutur Nana.

Kalimat yang diucapkan Prof. Yacob Sumardjo tadi sudah dikenal oleh orang Sunda sejak di masa lampau. Kalimat itu pula yang mudah diingat ketika melipat kain iket Sinda untuk dipasangkan di kepala. Yacob mengatakan filsafat alam itu pula yang ada dalam iket. Ia menggambarkan iket sebagai mandala (mata angin) yang memiliki pusat di bumi. Itu pula digambarkan dalam warna-warna dasar iket yang selalau dekat dengan alam. �ketika dari lima jadi satu, maka ia berusaha mendekatkan driri dengan Tuhan yang satu. Setelah dekat dengan Tuhan, maka pemakainya akan tampan luar dalam,� ujar Yacob.

Hal senada juga diungkapkan salah seorang pendiri Paguyuban Sundawani Robby Maulana Dzulkarnaen. Menurut dia, fenomena maraknya pemakaian iket, khususnya di kalangan muda bisa diartikan sebagai tanda bangkitnya budaya Sunda. Meski ini baru menjadi ciri, tapi diharapkan bisa mendongkrak kesadaran dalam bertingkah laku. �Malu dengan iket jika ternyata masih berbuat di luar Kasundaan,� katanya.

Robby melihat fenomena ini menjalari kaum muda. Dengan begitu, antara kaum muda dan kaum sepuh sama-sama menyadarkan diri. (Dewiyatini/�PR�)

Related Posts:

Sekilas Tentang Masuk Angin dan Kerokan

Sekilas Tentang Masuk Angin dan Kerokan
Masuk angin sebetulnya hanyalah gabungan dari beberapa gejala gangguan kesehatan, seperti kedinginan, perut kembung, sekujur badan terasa sakit, rasa mual, diare, berkeringat dingin, bahkan hingga gangguan nafsu makan. Di Barat, masuk angin dikenal sebagai catching cold.

Masuk angin bukan berarti terdapat angin ataupun makhluk halus yang masuk dalam tubuh seperti yang diyakini penduduk di banyak wilayah Asia, tetapi disebabkan terjadinya penyempitan pada pembuluh darah akibat bereaksi dengan udara dingin dan pembuluh darah menjadi kaku. Akibatnya pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang sehingga menimbulkan berbagai gangguan seperti nyeri otot atau pegal-pegal.

Selain itu, suhu tubuh yang turun akan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh dan menjadi rentan akan serangan-serangan virus dan bakteri. Dalam dunia pengobatan modern sendiri belum ada obat yang secara spesifik mampu menyembuhkan penyakit tersebut, sehingga warga lokal di beberapa wilayah Asia menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah kerokan.

Di beberapa negara Asia, kerokan cukup pupoler. Di Cina, kerokan dikenal sebagai gua sha, di Vietnam sebagai cao gio, dan di Kamboja sebagai goh kyol. Metode-metode ini memiliki persamaan yaitu menggunakan minyak dan koin untuk digesekkan di punggung sehingga membentuk garis-garis berwarna merah. Nyatanya, persepsi di Cina, Kamboja, dan Vietnam hampir serupa dengan Indonesia bahwa metode ini akan mengusir angin yang mengganggu di dalam tubuh. Hinggga saat ini, belum ditemukan literatur resmi yang memuat asal-asul kerokan. Namun, diperkirakan kerokan menyebar melalui jalur perdagangan pada sekitar abad awal masehi.

Mekanisme kerja metode ini belum dapat dijelaskan secara lengkap. Di Vietnam, dipercaya juga bahwa justru minyaknyalah yang menyembuhkan penyakit tersebut, yaitu Tiger Balm yang merupakan campuran dari mentol, kamfer, minyak kayu putih, minyak tunas cengkeh, dan minyak kasia yang dipercaya memiliki efek terapis pada gejala-gejala tersebut.

Penjelasan ilmiah pada saat ini hanya mampu menelisik beberapa hal saja. Kerokan bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah kulit. Biasanya, digunakan di punggung, dan memecahkan pembuluh darah kapiler di permukaan kulit sehingga pembuluh darah di sekelilingnya akan melebar. Seiring dengan melebarnya pembuluh darah, akan terjadi migrasi sel darah putih yang berfungsi untuk kekebalan tubuh dan akan menyerang antigen-antigen asing di sepanjang daerah migrasinya. Pecahnya pembuhuh darah akan memengaruhi jumlah beberapa senyawa kimia seperti beta endorfin. Beta endorfin akan membuat tubuh terasa nyaman dan berefek candu, sehingga mengakibatkan ketagihan. Selain itu, kerokan juga akan menaikkan suhu tubuh sekitar 0,5 � 2 derajat Celsius, sehingga tubuh terasa hangat kembali.

Namun, kerokan memiliki beberapa bahaya. Kerokan dapat menyebabkan terbukanya pori-pori kulit, sehingga udara dingin akan mudah masuk ke dalam tubuh. Selain itu, senyawa beta endorfin yang dimiliki tubuh akan mengakibatkan efek candu dan akan berbahaya apabila kerokan digunakan terus-menerus karena akan menyebabkan pembuluh darah kapiler pecah dan dikhawatirkan pada akhirnya tidak dapat beregenerasi lagi.

Oleh karena itu, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangkal efek samping kerokan tersebut. Pertama, jangan mengunakan kerokan dalam frekuensi yang terlalu sering, agar pembuluh darah yang pecah dapat beregenerasi kembali.

Kedua, gunakan minyak atau salep yang hanyat seperti minyak kayu putih, atau dapat menggunakan campuran minyak kelapa dan irisan bawang merah, dan lainnya yang dapat memberikan efek terapi pada tubuh sehingga walaupun pori-pori kulit terbuka tetapi tubuh tetap terasa hangat.

Sekali lagi penting untuk diingat bahwa setiap mengobatan modern maupun tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode pengobatan dikatakan berbahaya atau tidak, tergantung dari kita sebagai penggunannya.

(Sumber: Aldizal Mahendra, mahasiswa Farmasi S-1 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran / Pikiran Rakyat)

Related Posts:

Menelusuri Kembali Penemuan Kamera

Menelusuri Kembali Penemuan Kamera
Apa yang dilakukan manusia untuk mengabadikan sesuatu yang dilihat oleh mata, telah dimulai sejak 336 SM. Saat itu Aristoteles memperkenalkan teknologi �lubang jarum�. Aristoteles mengatakan bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk kesan atau gambar atau image.

Abad ke-11 ditemukan kamera obscura yang ditemukan oleh seorang Alhazen. Kamera ini berbentuk ruangan khusus yang didalamnya dipantulkan cahaya yang terdiri dari dua lensa konveks.

Gerolomo Cardano matematikawan asal Italia, antara tahun 1501-1576 memperkenalkan teknologi orbem e vitro, yang disebut sebagai nenek moyang lensa kamera. Lensa mempunyai peran penting pada sebuah kamera. Tanpa lensa, kamera tidak akan bisa mengambil gambar. Tugas lensa adalah mengambil cahaya dari subyek agar masuk ke dalam fokus sehingga bisa menghasilkan gambar yang bagus.

Pada tahun 1852, Fredrick Scott Archer membuat temuan mencetak foto cepat. Hanya dalam waktu 3 detik saja! Teknik yang dinamakan collodion ini mencetak gambar pada saat plat film masih dalam keadaan basah.

Tahun 1888 kamera Kodak protable box diperkenalkan oleh Eastman ke publik. Alat ini lebih ringkas dan sederhana daripada alat-alat fotografi sebelumnya. Alat ini sudah bisa digunakan oleh setiap orang karena mudah digunakan.

Tahun 1924, Leitz memperkenalkan Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam penggunaannya. Kamera ini dijadikan standar para jurnalis di masa itu.

Tahun 1947, Edwin Land menemukan kamera Polaroid yang memungkinkan mencetak gambar secara langsung tanpa memiliki negatif film, kamera film instan digunakan langsung di dalam kamera tersebut.

Kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi juga suaranya berhasil diciptakan oleh Philips dan Sony pada tahun 1979. Meraka juga memperkenalkan kaset video sebagai media perekamnya.

Kemudian pada tahun 1986, Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film, yakni melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen gambar. Kemampuan merekam gambar inilah yang kemudian disebut sebagai megapixels.

Tahun 1990, Kodak memperkenalkan kamera digital pertama di dunia.** (Sumber: Septi/Pikiran Rakyat)

Related Posts:

Bubur Suro, Tradisi Bulan Muharram di Rancakalong

Bubur Suro, Tradisi Bulan Muharram di Rancakalong
Ritual Bubur Suro di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang memperlihatkan perpaduan budaya agraris pengaruh India, Sunda, Jawa, dan Islam.

Setiap bulan Muharram, dalam bahasa Jawa bulan Suro, tanggal 9 dan 10, warga di Kecamatan Rancakalong membuat bubur Suro. Bubur yang dibuat dari berbagai macam umbi-umbian dan buah-buahan, semua dijadikan satu. Menurut Aki Anang Gunawan (75 tahun) sesepuh lembur Cij�r�, Desa Garawangi, Kecamatan Rancakalong, dahulu bahan untuk membuat bubur Suro harus seribu macam/jenis. Tetapi sekarang sangat sulit untuk memenuhi syarat tersebut (seribu bahan). Supaya memenuhi syarat seribu macam bahan, bubur dicampur dengan pisang/cau Sewu.

Bubur Suro diperuntukan mengingat/memperingati Kanjeng Nabi Nuh. Nabi Nuh dalam peristiwa banjir besar, di kapalnya membawa berbagai macam umbi-umbian dan buah-bahan. Selama di atas kapal Nabi Nuh beserta para pengikutnya tak sampai merasakan kelaparan.

Dinamai bubur Suro karena dibuatnya pada bulan Suro, bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Oleh leluhur Rancakalong dahulu, bubur Suro dipadukan dengan tradisi agraris. Itu sebabnya sekarang dalam ritual bubur Suro, terdapat ritual-ritual yang bertalian dengan tradisi agraris.

Sehari sebelum bubur Suro, malamya berlangsung ritual yang terasa sakral dan penuh mistik, di dalamnya ada juga pengaruh Islam. Disediakan sesajen berupa bubur beureum/merah, bubur bodas/putih, puncak manik, kupat dupi tangtang angin, bakakak hayam/ayam. Tujuh macam rujak, tujuh macam kembang/bunga, tak tertinggal parupuyan terus menyala membakar kemenyan.

Sesajen juga dilengkapi dengan kepala boneka kayu berbentuk wanita memakai kar�mbong/kain penutup kepala. Disamping boneka ada balutan iket yang berisi uang. Boneka wanita melambangkan Sri Pohaci yang memelihara padi, kalau di Jawa disebut Dewi Sri. Iket yang membungkus uang melambangkan laki-laki.

Dengan demikian, walau bubur Suro untuk memperingati Nabi Nuh dalam peristiwa banjir besar. Tetapi oleh leluhur Rancakalong dikaitkan dengan ritual budaya agraris. Umbi-umbian dan buah-buahan semuanya hasil pertanian, tanah menjadi media tanamnya. Itu sebabnya dalam sesajen disertakan boneka Sri Pohaci sebagai lambang kesuburan. (sumber: Nanang S./Galura; gambar: Addor Smd/Facebook)

Related Posts:

amazon