Efek Rumah Kaca.(ERK) menulis lagu pop berbahasa Indonesia dengan tema yang sangat variatif. Lirik puitis, kadang langsung, dengan berbagai sudut pandang dan kekayaan pilihan kata. Tidak sekedar hiburan, ERK menjadikan musik sebagai potret zaman, membicarakan berbagai keadaan hari ini; situasi sosial, budaya, politik, lingkungan, psikologis, apa saja!
Efek Rumah Kaca yang terdiri dari Cholil (vokal/gitar), Adrian (bass) dan Akbar (drum) terbentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi 3 orang dalam band-nya. Sebelumnya, band ini bernama "Hush" yang kemudian diganti menjadi "Superego", yang kemudian berubah lagi pada tahun 2005 menjadi Efek Rumah Kaca- diambil dari salah satu judul lagu mereka. Dan lahirlah Efek Rumah Kaca.
Banyak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan adapula yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa tidak mengunakan banyak distorsi dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock. Secara musikal, ERK cukup banyak dipengaruhi oleh Jeff Buckley, Smashing Pumpkins, Radiohead, Sting, Jon Anderson, hingga Bjork.
Sejak merilis debut album self title pada September 2007 (di bawah Indie Label Paviliun Records), ERK mendapat espon positif dari berbagai media dan kalangan. Puluhan, bahkan mungkin ratusan blog di internet meresensi album ini dengan antusias. Puluhan media cetak nasional memberi kredit yang baik. Puluhan tampil di layar TV nasional dan lokal. Ratusan radio memasukkan single-single mereka- terutama lagu ”Cinta Melulu”- ke dalam chart mereka. Kalangan pelajar, mahasiswa, sesama musisi, seniman, LSM, hingga kalangan umum mengapresiasi musik ERK. Ratusan panggung di berbagai daerah mendapat sambutan positif: Jakarta, Bandung, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Yogyakarta, Jombang, Bali, Medan, Pekanbaru....
Efek Rumah Kaca disebut-sebut sebagai ”produk indie” terbaik saat ini, media-media musik menjulukinya sebagai ”band yang cerdas”, ”sesuatu yang berkualits sekaligus ’menjual’”, atau bahkan ”penyelamat musik Indonesia”.
Dan ERK masih menjadi band yang sama seperti sejak terbentuknya: berusaha terus menulis lagu sebagus dan seindah mungkin, sambil memotret kenyataan.
Judul album :
Efek Rumah Kaca - Self Titled (2007)
Efek Rumah Kaca - Kamar Gelap (2008)
Efek Rumah Kaca - Sinestesia (21-12-2015)
Self Titled (2007) |
Kamar Gelap (2008) |
Di tiap lagu yang mereka himpun, komposisi dirancang sebangun bersama tema. Realita di reka-reka. Supaya musik lalu tak hanya jadi hiburan, refleksi ada, realita juga disampaikan. Memotret zaman. Lirik ditata, kadang puitis, ada juga yang kontan di muka. Dengan berbagai sudut pandang, dan kekayaan pilihan kata Bahasa Indonesia.
Beriring musik pop sederhana, namun eksperimen tak lupa. Diundang juga indie-rock, progressive rock, punk, new wave, jazz, apa saja. Dicampur pula pengaruh dari idola mereka; Jeff Buckley, Jon Anderson, Smashing Pumpkins, Radiohead, hingga Bjork.
Lagu “Melankolia” dan “Di Udara” menjadi pembuka. Tahun 2006 lagu-lagu tadi masuk kompilasi Paviliun Do Re Mi (Paviliun Records) dan Todays Of Yesterday (Bad Sector Records). Efek Rumah Kaca mulai keluar, berkenalan. Bulan Agustus tahun 2007 Efek Rumah Kaca bersama beberapa teman menggelar tur ke beberapa kota di Jawa. Sebuah pengantar menuju album debut mereka.
Pada bulan September 2007, album debut selftitled Efek Rumah Kaca dilepas melalui Paviliun Records. Perkenalan berlangsung mulus. Album debut tersebut direspon baik oleh publik, diawali dengan review-review positif dari para penulis di internet. Single pertama ”Jatuh Cinta Itu Biasa Saja” mulai membuat kalangan media dan pendengar musik Indonesia menaruh pehatian. Tapi, yang paling berpengaruh mengenalkan nama Efek Rumah Kaca kepada publik nasional adalah single kedua mereka, ”Cinta Melulu”- sebuah satir ceria akan industri musik Indonesia yang didominasi oleh lagu-lagu bertema cinta yang penyajian komposisi musik dan liriknya begitu-begitu saja.
Jalan pun terbuka, album debut Efek Rumah Kaca mengantarkan serangkaian panggung di akhir 2007 hingga sepanjang 2008. Juga mengantarkan ERK meraih antara lain “The Best Cutting Edge” - MTV Indonesia Music Award 2008, “Editor’s Choice 2008” versi Rolling Stone Indonesia, “Class Music Heroes 2008” dan Nominator Anugrah Musik Indonesia Award 2008.
Kurang dari setahun berselang, 19 Desember 2008 mereka merilis album kedua. “Kamar Gelap” judulnya. Aksara Records jadi payungnya. Di album ini, Efek Rumah Kaca melanjutkan langkahnya. Eksperimentasi musik dilaksana, membuat album lebih berwarna, lebih kaya nuansa. Teman-teman diajak bermain bersama, Mondo, Ade (Sore) serta Iman Fattah (Lain, Zeke and The Popo, Raksasa) ikut meramaikan rekaman suara. Angki Purbandono, seniman asal Jogja juga ikutan, karya fotografinya jadi isian kemasan album dua.
Dalam satu kesempatan, Efek Rumah Kaca dipercaya mengisi rubrik khusus seputar pemilu di harian Kompas (selama satu bulan, dimuat tiap hari Sabtu di bulan Januari 2009). Dalam kesempatan lain, Efek Rumah Kaca terus bermain di panggung-panggung, menyanyikan bersama khalayak lirik peka di penjuru Indonesia. Diantara kesempatan itu, Efek Rumah Kaca ternyata menyisihkan tenaga sambil membangun rencana.
Yang jelas, Efek Rumah Kaca masih menjadi band yang sama seperti sejak terbentuknya: berusaha terus menulis lagu sebagus, seindah mungkin, memotret kenyataan, dan berharap memberikan citraan warna yang sepadan di kepala. Sambil sesekali bersorak, bukan pada siapa-siapa, pada sendiri saja, agar seruan ini tak jadi lupa fungsinya; “Pasar Bisa Diciptakan!” sorak mereka.
0 Response to "Profil Efek Rumah Kaca"
Posting Komentar